counter

Sabtu, 17 Januari 2015

SINOPSIS FILM DOKUMENTER PASAR GEDE SURAKARTA



SINOPSIS FILM DOKUMENTER

Pelaksana                   : Magister Pandawa Documentary (MPD)
1.      PimPro     : Yoga Saktiarsa/S861402050;
2.      Editor      : Tb. Umar Syarif Hadiwibowo/ S861402046;
3.      Camera    : Edwin Mirza Chaerulsyah/ S861402017;
4.      Script       : Muhammad Haikal/ S861402008;
5.      Transport : Bayu Prasetyo Jati/ S861402009.
Mata Kuliah              : Media dan Desain Pembelajaran
Tahun Produksi        : 2014
Format                       : Digital Full HD
Durasi                         : 13 Menit




Judul:
Harmonisasi Sosial Dalam Pasar Gede

Premise
Interaksi budaya yang berlangsung di Pasar Gede adalah salah satu potensi untuk membangun nilai-nilai harmonisasi dalam kehidupan sosial masyarakat di Kota Surakarta.
Sinopsis
Film dokumenter ini menceritakan tentang harmonisasi sosial yang terdapat di dalam Pasar Gede yang menjadi simbol perekonomian rakyat khususnya di Kota Surakarta. Wujud harmonisasi sosial tersebut tercermin dalam beberapa aspek yang terkandung di dalamnya, diantaranya sejarah; sosial; ekonomi; dan budaya. Seperti dalam aspek sejarah, nilai harmonisasi sosial itu tersirat dalam segi bangunan pasar bergaya Indis dimana tidak terlepas dari pengaruh Eropa. Beberapa aspek tersebut dan contoh dalam kehidupan keseharian di Pasar Gede menjadi hal yang menarik ketika divisualisasikan melalui film dokumenter dimana harmonisasi sosial menjadi pesan moral untuk dilestarikan dan dikembangkan dalam dunia pendidikan, khususnya pada siswa/i sekolah menengah atas (SMA).
Dalam Film Dokumenter ini ditampilkan gambar-gambar dan video yang mendukung judul diatas. Kemudian dihadirkan narasi yang dibawakan dari salah satu anggota kelompok kami.
Narasi
Keberadaan Pasar Gede di Kota Surakarta tidak terlepas dari kepindahan pusat kota kerajaan Mataram Kartasura beserta Kratonnya ke desa Solo. Kepindahan ibu kota Kerajaan Mataram diakibatkan peristiwa yang disebut Geger Pacinan”. Pemberontakan tersebut mengakibatkan kepindahan keraton dari Kartasura ke dusun Solo yang bertepatan pada hari raya Budha, di pagi hari Rabu tanggal 17 Sura tahun Je 1670.
Perpindahan Kraton diikuti juga dengan perpindahan pusat perekonomian, yaitu pasar. Dalam perkembangannya Pasar Gede memilki kesejarahan yang mana pasar Gede dibangun pada masa pemerintahan Paku Buwana X (1893-1939), yang diarsiteki oleh Thomas Karsten. Pernah diperbaiki pada tahun 1927, kemudian diberi nama Pasar Gede Hardjanagara. Dalam Struktur utama dari Pasar Gede terlihat rangka baja jelas pada kolom dan balok dibagian ruang dalam. Bagian luar dinding batu bata dengan pembukaan bidang transparan (kawat kasa) dan rooster.
( Statement ) “Penampilan bangunan merupakan persenyewaan antara haromisasi bentuk kolonial (dinding tebal, kolom-kolom yang besar/ tegas, skala bangunan) dengan konsep tradisional. Penutup atap bentuk mirip joglo dan limasan dari bahan sirap, kanopi lebar. Bentuk bentuk lengkung terlihat pada penyelesaian overtek dan jendela/ penerangan yang berbentuk lengkung. Ciri khas bangunan pasar Gede dapat dilihat pada interior bangunan, dengan struktur benteng lebar dan panjang.”
     Salah satu sisi keunikan terdapat pada toponim (asal usul nama) Pasar Gede. Disebut Pasar Gede (Peken Ageng) karena merupakan pasar yang terdiri dari banyak los yang besar-besar. Pasar ini dibuka setiap hari (tidak mengenal hari pasaran). Pasar Gede merupakan bangunan berlantai dua. Pada beberapa bagian bangunan terdapat beranda. Pintu masuk utama bangunan pada bangunan utama dengan tinggi bangunan yang berbeda.”
( Statement ) Keunikan lainnya tercermin dari lokasi Pasar Gede yang terletak di tengah-tengah Kampung Pacinan. Dari letak itu terjadi persinggungan ekonomi yang berjalan harmonis. Dimana aktivitas perdagangan yang bersumber dari sebuah produk pertanian dan non pertanian dari berbagai wilayah pedesaan dan wilayah pegunungan yang kaya akan aktifitas pertanian horikultural. Secara tidak langsung pasar Gede memberikan sebuah cerita menarik relasi sosial yang egaliter, anti-dominasi antara penjual dan pembeli.
Pedagang yang berjualan di Pasar Gede merupakan pedagang dari etnis Cina maupun Jawa. Pedagang yang berjualan di Pasar Gede merupakan pedagang yang sudah ada sejak lama. Untuk mengakomodir dan melindungi hak-haknya dalam kegiatan ekonomi pedagang mendirikan paguyuban pedagang, seperti Paguyuban pedagang, paguyuban tukang becak, paguyuban seni (tari, karawitan, kesenian cina). Paguyuban-paguyuban di Pasar Gede muncul karena kesamaan nasib yang dialami oleh kelompok-kelompok tertentu. Misalnya para pedagang pasar yang membentuk paguyuban pedagang untuk melindungi hak-hak pedagang di Pasar Gede dan sarana penampung aspirasi serta pengelolaan sumber daya manusia dari pedagang di Pasar Gede. Munculnya paguyuban-paguyuban tersebut dapat menjadi kekuatan tersendiri untuk tetap mempertahankan keberadaan Pasar Gede sebagai pasar tradisional.
Interaksi antara pedagang dengan pembeli di Pasar Gede terjalin dengan baik saat aktivitas transaksi misalnya tawar menawar. Banyak dari pembeli yang memang sudah menjadi pelanggan tetap pedagang di Pasar Gede. Kondisi tersebut dapat menumbuhkan sikap saling menguntungkan dan bergantung antara penjual dengan pembeli. Sehingga transaksi yang berlangsung dapat dan sudah menjadi kebiasaan. Pasar Gede memiliki luas area sekitar 10.421 hektar. Dalam kapasitas ini cukup untuk menampung ratusan pedagang. Selain itu dapat memberikan alokasi khusus bagi penyediaan lapangan pekerjaan bagi para pedagang.
( Statement ) Pasar  Gede merupakan pasar tradisional terbesar di Kota Solo, ditambah dengan keberadaan kampong cina di sekitarnya membuat area Pasar Gede sering diadakan festival budaya seperti tumpengan, imlek, dll. Pada hari dan jam tertentu, di dalam Pasar Gede terdapat latihan tari maupun kawarawitan yang dilakukan oleh para pedagang namun saat ini kondisinya kurang dapat berjalan dengan baik. Perayaan budaya yang sering terselenggara dapat menjadi salah satu daya tarik wisata di Pasar Gede. Selain itu hal tersebut dapat mencitrakan area Pasar Gede sebagai salah satu Land Mark di Kota Solo.
Pasar Gede memiliki potensi besar dalam membangun dan menumbuhkan harmonisasi sosial lewat berbagai aspek, baik itu sejarah; sosial; ekonomi maupun budaya. Sehingga keberadaannya patut dilestarikan dan terus dikembangkan di tengah gempuran arus kapitalisme pasar bebas yang menghadirkan swalayan-swalayan yang semakin mengancam ekonomi berbasis kerakyatan

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar